Senin, 17 Juni 2013

kelas kata dalam bahasa indonesia



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pada dasarnya kata adalah satu kesatuan yang utuh yang mengandung arti dan makna. Kata dapat digolongkan ke dalam kelas-kelas yang berbeda-beda yang sering kita sebut dengan kelas kata. Kelas kata termaksuk salah satu permasalahan atau problem yang selalu diperbincangkan dalam analisis bahasa, hal ini karena adanya perbedaan dalam penggolongan atu pengelasan kata oleh para ahli.
Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah pengelompokkan atau penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem dalam bahasa. Sebagai mana kita ketahui kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur, kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih.
Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur. Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata merupakan unsur atau bagian yang sangat penting dalam kehidupan berbahasa. Bidang atau kajian mengenai kata telah banyak diselidiki oleh ahli bahasa. Penyelidikan tersebut menghasilkan berbagai teori-teori antara yang satu dengan yang ain berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sudut pandaang antara ahli bahasa yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan konsep antara ahli yang satu dengan yang lainnya tentu akan membingungkan dalam kegiatan pembelajaran. Makalah ini akan membahas mengenai perbedaan pendapat para ahli dalam pengelasan kata tersebut serta pembagian-pembagiannya.

1.2  Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan pendapat para ahli tentang kelas kata?
2. Apa saja pembagian kelas kata itu?

1.3  Tujuan Penulisan
1. mengetahui perbedaan pendapat para ahli tentang kelas kata
2. mengetahui pembagian kelas kata

1.4 Manfaat
Semoga dengan makalah ini kita dapat memahami kelas-kelas kata yang akan menjadi  tambahnya khasanah keilmuan diri kita sebagai ketrampilan keilmuan pokok bagi calon-calon guru bahasa indonesia yang kelak akan kembali kita ajarkan kepada anak didik kita.




BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Pendapat Para Ahli dalam Penggolongan Kelas Kata
Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah pengelompokkan atau penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem dalam bahasa. Sebagai mana kita ketahui kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur, kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih.
Bidang kajian mengenai kata banyak diselidiki oleh para ahli, hal ini tentu saja menimbulkan beberapa perbedaan yang menghasilkan teori yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang antara para ahli yang satu dengan yang lainnya. Untuk mengatasi kebingungan tersebut, sebaiknya kita kmbali merujuk kepada pengelompokan jenis kata (kelas kata) menurut tata bahasa baku. Karena sebagai mana kita ketahui bahwasanya tata bahasa baku berarti suatu bentuk yang sudah menjadi standar aturan yang ditetapkan dalam bahasa tersebut. Berikut ini akan kita lihat perbedaan pendapat para ahli yang membagi jenis kata ke dalam beberapa kelompok.

1. Kridalaksana (1994) mengatakan bahwa pronominal adalah kategori yang berfungsi mengganti nomina. Numenaralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung maujud. Contoh: rumah, begini, beberapa, lima, setengah. Kridalaksana (1994) membagi kelas kata sebagai berikut:  
a. Verba
Verba adalah kata yang menyatakan tindakan. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat.  Contoh : lari, meledak.
b. Adjektiva( Kata Sifat)
Adjektiva adalah kata yang memberiketerangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat. Contoh meja bundar, mabuk, sakit.
c.  Adverbia
Adverbia atau kata keterangan yang dapat mendampingi adjektiva, numenaria, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 1994) contoh : lebih, hanya pasti, tentu.
d.  Kata Tugas
Kata tugas adalah segala macam kata yang tidak termasuk dalam nomina, verba, adjektiva, adverbial. Kata tugas hanya memiliki arti gramatokal dan tidak memilii arti leksikal. Kata tugas dibagi menjadi lima kelompok yaitu(1) preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5) partikel penegas. contoh: dan, ke, dar, atau, syukur, insya Allah, amboy, hai, sang, dia, -kah, -lah, -pun. -tah.

2. Nurhadi dalam Tata Bahasa Pendidikan membagi kelas kata menjadi empat berdasar arti dan bentuk yaitu bagaimana arti dari suatu kata tersebut dan pembentukannya.
a. Kata Benda
Kata benda menurut Gorys Keraf adalah segala kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang+kata sifat contah Ibu yang baik. Di samping itu segala kata yang mengandung morfemterikat ke-an, pe-an, pe-, -en, ke-. Contoh: ke-budayaan, pelaku, makanan, peraturan
b. Kata Kerja
Kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan+kata sifat. Contoh : berlari dengan cepat. Kata dasar yang mendapat afika me- dan-kan juga dapat dikelompokan kata kerja. Contoh : mendengarkan, membuat.
c.  Kata Sifat
Kata sifat adalah segala bemtuk kata yang dapat mengambil bentuk re+reduplikasi+nya, serta dapat diperluas
d.Kata Tugas
Kata tugas adalah kata yang tidak mempunyai arti leksikal, tetapi mempunyai fungsi yang menunjukkan hubungan gramatikal. Menurut Gorys Keraf, kata tugas adalah segala kata yang mempunyai fungsi mengubah kalimat minim menjadi kalimat transformasi. Contoh: dan, tetapi, sudah
2.2 Kelas Kata Menurut Tata Bahasa Baku
Kelas kata menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia di bagi menjadi 7 kelas kata. Yang digolongkan berdasar pada bentuk dan fungsinya yaitu sebagai berikut:

1. Verba
Kita harus menyadari bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua dasar yang dipakai dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena memiliki makna, dan bentuk dasar dasar yang berafiks atau turunan. Dari bentuknya verba dapat dibedakan menjadi :
1.1  Verba Dasar Bebas
Verba dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya : duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang,dll.
1.2 Verba Turunan
Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai :
a. verba berafiks, contoh :berbuat, terpikirkan;
b. verba bereduplikasi, contohnya : bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan;
c. verba berproses gabungan, contohnya : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum;
d. verba majemuk, contoh : cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
2.  Adjektiva
Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk bergabung:
a. Bergabung dengan partikel tidak,
b. mendampingi nomina
c. di dampingi partikel seperti lebih, sangat, agak.
d. mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er, –if, -i.
e. dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
2.1 Adjektiva dasar.
Contoh : Adil, bagus, deras, langsung, dsb.
2.2 Adjektiva turunan
Misalnya: terhormat, elok-elok, kesakitan, hewani.
2.3 Adjektiva Majemuk
Contoh : buta warna, aman sentosa
3.   Nomina
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Ada beberapa jenis nomina yaitu :

3.1 Nomina Dasar
contoh :  batu, radio, kemarin, kertas, udara.
3.2 Nomina Turunan
Contoh : keuangan, perpaduan, rumah-rumah
3.3 Nomina Paduan Leksem
contoh : daya juang, jejak langkah, loncat indah.
3.4 nomina paduan leksem gabungan
contoh : pengambilalihan, pendayagunaan.
Proses nominalisasi adalah proses pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau kelas kata yang lain. Proses ini dapat terjadi dengan :
a.    Afiksasi : pembicara, kekasih, anjuran, lautan, kemenagan, keberanian;
b.   Penambahan partikel Si dan Sang didepannya: Si Kancil, si Manis;
c.    Proses nominalisasi dengan yang : yang lain, yang manis, yang manja.
4. Pronomina
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikannya itu disebut antiseden.
4.1 Pemakaian Pronomina
1.      Dalam ragam non standar, jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut, karena pemakaian non standar tergantung dari daerah pemakaiannya;
2.      Dalam bahasa kuno juga terdapat pronomina seperti patik dan baginda;
3.      Semua pronomina hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain yang dipersonifikasikan: “Kita sudah kehabisan beras, biarlah saya yang membelinya.
5. Numeralia
Numeralia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendamingi numerelia lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat Sub kategorisasi
5.1 Numerelia Takrif
yaitu numerelia yang menyatakan jumlah yang tenru. Golongan ini terdiri atas :
5.1.1 Numerelia Utama (koordinat)
a. bilangan penuh, adalah numerelia utama yang menyatakan jumlah tertentu.     Contoh : satu, dua, puluh,ribu. Numerelia utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang, ukuran panjang, berat, isi,dsb.
b.  bilangan pecahan, yitu numerelia yang terdiri dari pembilang dan penyebut, yang     diduduki partiker per : dua pertiga
c.  bilangan gugus, contoh : likur. Bilangan antara 20 dan 30, misallnya : selikur=21, dualikur= 22, lusin=12, gross=144
5.1.2 Numerelia Tingkat
Adalah numeriliatakrif yang melambangka urutan dalam jumlah dan berstruktur ke + Numerelia. Ke- merupakan prefiks dan Num menyatakan numerelia bilangan. Contoh : - catatan kedua sudah diperbaiki,- Ia orang kedua di departemennya.
5.1.3 Numerelia Kolektif
Adalah numerelia takrif yang berstruktur : Ke + Num, ber- + N , ber- +mr, ber - + Num R atau Num + - ar. Numerelia kolektif yang berstruktur Ke + Num tempatnya dalam frase selalu mendahului nomina.
Contoh : dipandangnya kedua gadis itu dengan penuh keheranan.
5.2 Numerelia Tak Takrif
Numerelia tak takrif adalaah numerelia yang menyatakan jumlah yang tak tentu. Misalnya : suatu, beberapa, berbagai, pelbagai, tiap-tiap, sebagaian. Numerelia tidak pernah dibentuk dari kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti. Dalam mendua, persatuan, atau menjadi nomina seperti kesatuan, persatuan, perduaan, pertigaan, perempatan.
6. Adverbia
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numerelia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Dalam kalimat, Ia sudah pergi, kata sudah merupakan adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva. Jadi sekalian banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi. Ada dua jenis adverbia, yaitu :
1. adverbia intra klausal yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numerelia, atau adverbia lain.
Contoh : Alangkah, rada-rada, saling
2. adverbia ekstraklausal, yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan secara sintaksis mengungkapkan prihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan.
Contoh : barangkali, bukan, justru, memang, mungkin.
7. Kata Tugas
7.1 Batasan dan Ciri Kata tugas
Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frase atau kalimat.
Ciri dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasr untuk membentuk kata lain. Jika verba “datang” kita dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi, mendatangkan, dan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti “menyebabkan” dan “menyampaikan” tidak diturunkan dari kata tugas “sebab” dan “sampai” tetapi dari nomina “sebab” dan verba “sampai” yang bentuknya sama tetapi kategori berbeda. Dan kelas kata tugas merupakan merupakan kelas kata tertutup.
7.2 Klasifikasi Kata Tugas
7.2.1  Preposisi
Ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi juga disebut kata depan menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Ditinjau dari prilaku sintaksisnya, preposisi berada didepan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frase preposisional. Ditinjau dari segi bentuknya, yaitu preposisi tunggal dan mejemuk.
Contoh : akan, bersama, menurut, bagaikan, dari pada, karena, sebab, oleh, tentang, mengenai.
7.2.2  Konjungtor
Dinamakan juga kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, prase dengan prase, atau klausa dengan klausa. Konjungtor dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. Konjungtor Koordinatif yaitu konjungtor yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Contoh : dan, serta, atau;
2.   Konjungtor Korelatif yaitu konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa yang memiliki status sintaksis sama. Konjungtor korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata , frase, atau klausa yang dihubungkan. Contoh : Baik ...maupun, tidak... tetapi;
3. Konjungtor Subordinatif yaitu konjungtor subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu merupakan anak kalimat. Dilihat dari perilaku sintaksis semantisnya, konjungtor ini dibagi menjadi tiga belas kelompok, yaitu :
a. Konjungtor subordinatif waktu, misalnya : sejak, semenjak, sedari, sewaktu;
b. Konjungtor subordinatif Syarat, misalnya : jika, kalau, jikalau, bila;
c. Konjungtor subordinatif pengandaiaan, contohnya : andaikan, umpamanya;
d. Konjungtor subordinatif konsesif, misalnya : biarpun, sekalipun;
e. Konjungtor subordinatif pembandingan, contohnya : seakan-akan, seperti;
f. Konjungtor subordinatif sebab, misalnya : sebab, karena, oleh sebab;
g. Konjungtor subordinatif hasil, misalnya : sehingga, sampai;
h. Konjungtor subordinatif alat, misalnya : dengan, tanpa;
i. Konjungtor subordinatif cara, misalnya : dengan, tanpa;
j. Konjungtor subordinatif komplementasi, misalnya : bahwa;
k. Konjungtor subordinatifatribut, misalnya : yang;
l. Konjungtor subordinatif perbandingan, misalnya : sama...dengan, lebih....dari
4. Konjungtor antar kalimat yaitu konjungtor antar kalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Karena itu, konjungtor macam ini selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Contoh : Biarpun begitu, akan tetapi
7.2.3 Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Secara stuktural, interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya, interjeksi ada yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan. Berikut janis interjeksi dapat dikelompokan menurut perasaan yang diungkapkannya, sebagai berikut :
1. Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih;
2. Interjeksi kekesalan : brengsek, sialan, buset, keparat;
3. Interjeksi kekaguman atau kepuasan : aduhai, amboi, asyik;
4. Interjeksi kesyukuran : syukur, alhamdulillah;
5. Interjeksi harapan : insya allah;
6. Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah;
7. Interjeksi kekagetan : astaga, astagfirullah, masyaallah;
8. Interjeksi ajakan : ayo, mari;
9. Interjeksi panggilan : hai, be, eh, halo;
10. Interjeksi simpulan : nah.
7.2.4 Artikula
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam Bahasa Indonesia ada kelompok artikula, yaitu : artikula yang bersifat gelar, yang mengacu makna kelompok, dan yang menominalkan.
a. Artikula Yang Bersifat Gelar
Artikukla yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis-jenis artikula yang bersifat gelar : sang, sri, hang, dang;

b. Artikula Yang Mengacu Ke Makna Kelompok
Atikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna korelatif adalah para. Karena artikula ini mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah “para guru” dan bukan “para guru-guru”;
c. Artikula Yang Menominalkan
Artikula “si” yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, bergantung pada konteks kalimat.
7.2.5 Partikel Penegas
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas yaitu: -lah, -kah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama berupa klitika sedangkan yang keempat tidak.


























BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembagian kelas kata terdapat beberapa pendapat para ahli yang menghasilkan perbedaan dalam penggolongannya. Hal ini karena adanya perbedaan sudut pandang dalam menentukan pengelompokan tersebut ada yang berdasar  pada bentuk, fungsi dan arti. Namun pada hakikatnya sama perbedaan tersebut hanya pada sudut pandang dalm pengelompokan oleh pakar bahasa.

3.2 Saran
      Dengan begitu banyaknya pembagian jenis dan kelas kata maka kita dituntut untuk lebih jeli dan cermat dalam mengklasifikasikannya agar tidak terjadi saling tukar. Pengetahuan tentang jenis dan kelas kata ini amat lah penting khususnya bagi kita yang akan menjadi pengajar bahasa Indonesia sebagai modal dan ketrampilan pokok.



















DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, Soenjono, Dardjowidjojo, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Saleh, Yuslizal, Lamsari, dkk. 1984. Struktur Bahasa Rawas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hajar, Ibnu. Ikhtisar Bahasa dan Sastra Indonesia

Nurhadi.2003. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Press

Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Analisis Kalimat. Retika Aditama