BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
dasarnya kata adalah satu kesatuan yang utuh yang mengandung arti dan makna.
Kata dapat digolongkan ke dalam kelas-kelas yang berbeda-beda yang sering kita
sebut dengan kelas kata. Kelas kata termaksuk salah satu permasalahan atau
problem yang selalu diperbincangkan dalam analisis bahasa, hal ini karena
adanya perbedaan dalam penggolongan atu pengelasan
kata oleh para ahli.
Kelas kata atau sering juga disebut dengan jenis kata adalah pengelompokkan
atau penggolongan kata untuk menemukan suatu sistem dalam bahasa. Sebagai mana
kita ketahui kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas
beberapa unsur, kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata
atau lebih.
Kata
merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur. Kata
dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata merupakan
unsur atau bagian yang sangat penting dalam kehidupan berbahasa. Bidang atau
kajian mengenai kata telah banyak diselidiki oleh ahli bahasa. Penyelidikan
tersebut menghasilkan berbagai teori-teori antara yang satu dengan yang ain
berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sudut pandaang
antara ahli bahasa yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan konsep
antara ahli yang satu dengan yang lainnya tentu akan membingungkan dalam
kegiatan pembelajaran. Makalah ini akan membahas mengenai perbedaan pendapat para ahli dalam
pengelasan kata tersebut serta pembagian-pembagiannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan pendapat para ahli tentang kelas kata?
2. Apa saja pembagian kelas kata itu?
1.3 Tujuan Penulisan
1. mengetahui perbedaan pendapat para ahli
tentang kelas kata
2. mengetahui pembagian kelas kata
1.4 Manfaat
Semoga dengan makalah ini kita dapat memahami kelas-kelas kata yang akan
menjadi tambahnya khasanah keilmuan diri
kita sebagai ketrampilan keilmuan pokok bagi calon-calon guru bahasa indonesia
yang kelak akan kembali kita ajarkan kepada anak didik kita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan Pendapat Para Ahli dalam Penggolongan
Kelas Kata
Kelas kata atau sering juga
disebut dengan jenis kata adalah pengelompokkan atau penggolongan kata untuk
menemukan suatu sistem dalam bahasa. Sebagai mana kita ketahui kata merupakan
bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur, kata dalam bahasa
Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih.
Bidang kajian mengenai kata
banyak diselidiki oleh para ahli, hal ini tentu saja menimbulkan beberapa
perbedaan yang menghasilkan teori yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang antara para ahli
yang satu dengan yang lainnya. Untuk mengatasi kebingungan tersebut, sebaiknya
kita kmbali merujuk kepada pengelompokan jenis kata (kelas kata) menurut tata
bahasa baku. Karena sebagai mana kita ketahui bahwasanya tata bahasa baku
berarti suatu bentuk yang sudah menjadi standar aturan yang ditetapkan dalam
bahasa tersebut. Berikut ini akan kita lihat perbedaan pendapat para ahli yang membagi jenis
kata ke dalam beberapa kelompok.
1. Kridalaksana
(1994) mengatakan bahwa pronominal adalah kategori
yang berfungsi mengganti nomina. Numenaralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung
maujud. Contoh: rumah, begini, beberapa, lima, setengah. Kridalaksana (1994) membagi
kelas kata sebagai berikut:
a. Verba
Verba adalah kata yang menyatakan
tindakan. Verba memiliki
fungsi utama sebagai predikat. Contoh : lari, meledak.
b. Adjektiva(
Kata Sifat)
Adjektiva adalah kata yang memberiketerangan yang
lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
Adjektiva berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat. Contoh meja bundar, mabuk, sakit.
c. Adverbia
Adverbia atau kata keterangan yang dapat mendampingi
adjektiva, numenaria, atau preposisi dalam
konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 1994) contoh : lebih, hanya pasti,
tentu.
d. Kata Tugas
Kata tugas adalah segala macam kata yang tidak
termasuk dalam nomina, verba, adjektiva, adverbial. Kata tugas hanya memiliki arti gramatokal dan tidak memilii arti leksikal. Kata tugas dibagi menjadi lima kelompok yaitu(1)
preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5) partikel
penegas. contoh: dan, ke, dar, atau, syukur, insya Allah, amboy, hai, sang,
dia, -kah, -lah, -pun. -tah.
2. Nurhadi dalam Tata Bahasa Pendidikan
membagi kelas kata menjadi empat berdasar arti dan bentuk yaitu bagaimana arti
dari suatu kata tersebut dan pembentukannya.
a. Kata Benda
Kata benda menurut Gorys Keraf adalah segala kata yang dapat diterangkan atau
diperluas dengan yang+kata sifat contah Ibu yang baik. Di samping itu segala
kata yang mengandung morfemterikat ke-an, pe-an, pe-, -en, ke-. Contoh:
ke-budayaan, pelaku, makanan, peraturan
b. Kata Kerja
Kata kerja adalah segala macam kata yang dapat
diperluas dengan kelompok kata dengan+kata sifat. Contoh : berlari dengan cepat. Kata dasar yang mendapat
afika me- dan-kan juga dapat dikelompokan kata kerja. Contoh : mendengarkan,
membuat.
c. Kata Sifat
Kata sifat adalah segala bemtuk kata yang dapat
mengambil bentuk re+reduplikasi+nya, serta dapat diperluas
d.Kata Tugas
Kata tugas adalah kata yang tidak mempunyai arti
leksikal, tetapi mempunyai fungsi yang menunjukkan hubungan gramatikal. Menurut
Gorys Keraf, kata tugas adalah
segala kata yang mempunyai fungsi mengubah kalimat minim menjadi kalimat
transformasi. Contoh: dan, tetapi, sudah
2.2 Kelas Kata Menurut Tata Bahasa Baku
Kelas kata menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia di bagi menjadi 7
kelas kata. Yang digolongkan berdasar pada bentuk dan fungsinya yaitu sebagai
berikut:
1. Verba
Kita harus
menyadari bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua dasar yang dipakai dalam pembentukan
verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena memiliki makna,
dan bentuk dasar dasar yang berafiks atau turunan. Dari bentuknya verba dapat
dibedakan menjadi :
1.1 Verba Dasar Bebas
Verba dasar
yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya : duduk, makan, mandi,
minum, pergi, pulang,dll.
1.2 Verba
Turunan
Verba
turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses
atau berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai :
a. verba berafiks, contoh :berbuat,
terpikirkan;
b. verba bereduplikasi, contohnya :
bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan;
c. verba berproses gabungan,
contohnya : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum;
d. verba majemuk, contoh : cuci
mata, campur tangan, unjuk gigi.
2. Adjektiva
Adjektiva
adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk bergabung:
a. Bergabung
dengan partikel tidak,
b.
mendampingi nomina
c. di dampingi
partikel seperti lebih, sangat, agak.
d. mempunyai
ciri-ciri morfologis seperti –er, –if, -i.
e. dibentuk
menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
2.1 Adjektiva
dasar.
Contoh : Adil, bagus, deras,
langsung, dsb.
2.2 Adjektiva turunan
Misalnya: terhormat, elok-elok,
kesakitan, hewani.
2.3 Adjektiva
Majemuk
Contoh : buta warna, aman sentosa
3. Nomina
Nomina
adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung
dengan partikel tidak, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.
Ada beberapa jenis nomina yaitu :
3.1 Nomina
Dasar
contoh : batu, radio, kemarin, kertas, udara.
3.2 Nomina
Turunan
Contoh : keuangan,
perpaduan, rumah-rumah
3.3 Nomina
Paduan Leksem
contoh : daya juang, jejak langkah,
loncat indah.
3.4 nomina
paduan leksem gabungan
contoh : pengambilalihan,
pendayagunaan.
Proses
nominalisasi adalah proses pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau
kelas kata yang lain. Proses ini dapat terjadi dengan :
a.
Afiksasi :
pembicara, kekasih, anjuran, lautan, kemenagan, keberanian;
b.
Penambahan
partikel Si dan Sang didepannya: Si Kancil, si Manis;
c.
Proses
nominalisasi dengan yang : yang lain, yang manis, yang manja.
4. Pronomina
Pronomina adalah kategori yang
berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikannya itu disebut
antiseden.
4.1 Pemakaian Pronomina
1.
Dalam ragam
non standar, jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut,
karena pemakaian non standar tergantung dari daerah pemakaiannya;
2.
Dalam bahasa
kuno juga terdapat pronomina seperti patik dan baginda;
3.
Semua
pronomina hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain
yang dipersonifikasikan: “Kita sudah kehabisan beras, biarlah saya yang
membelinya”.
5. Numeralia
Numeralia
adalah kategori yang dapat mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis,
mempunyai potensi untuk mendamingi numerelia lain, dan tidak dapat bergabung
dengan tidak atau dengan sangat Sub kategorisasi
5.1 Numerelia Takrif
yaitu numerelia yang menyatakan
jumlah yang tenru. Golongan ini terdiri atas :
5.1.1 Numerelia Utama
(koordinat)
a. bilangan penuh, adalah numerelia
utama yang menyatakan jumlah tertentu. Contoh : satu, dua, puluh,ribu.
Numerelia utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang,
ukuran panjang, berat, isi,dsb.
b. bilangan pecahan, yitu numerelia
yang terdiri dari pembilang dan penyebut, yang diduduki partiker per : dua pertiga
c. bilangan
gugus, contoh : likur. Bilangan antara 20 dan 30, misallnya : selikur=21, dualikur= 22,
lusin=12, gross=144
5.1.2 Numerelia Tingkat
Adalah numeriliatakrif
yang melambangka urutan dalam jumlah dan berstruktur ke + Numerelia. Ke-
merupakan prefiks dan Num menyatakan numerelia bilangan. Contoh : - catatan
kedua sudah diperbaiki,- Ia orang
kedua di departemennya.
5.1.3 Numerelia Kolektif
Adalah
numerelia takrif yang berstruktur : Ke + Num, ber- + N , ber- +mr, ber -
+ Num R atau Num + - ar. Numerelia kolektif yang berstruktur Ke + Num
tempatnya dalam frase selalu mendahului nomina.
Contoh : dipandangnya kedua gadis
itu dengan penuh keheranan.
5.2 Numerelia Tak Takrif
Numerelia
tak takrif adalaah numerelia yang menyatakan jumlah yang tak tentu. Misalnya :
suatu, beberapa, berbagai, pelbagai, tiap-tiap, sebagaian. Numerelia tidak
pernah dibentuk dari kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba
seperti. Dalam mendua, persatuan, atau
menjadi nomina seperti kesatuan, persatuan, perduaan, pertigaan, perempatan.
6. Adverbia
Adverbia
adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numerelia, atau proposisi
dalam konstruksi sintaksis. Dalam kalimat, Ia sudah pergi, kata sudah merupakan
adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi
untuk mendampingi ajektiva. Jadi sekalian banyak adverbia dapat mendampingi
verba dalam konstruksi sintaksis namun adanya verba itu bukan menjadi ciri
adverbia. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia
merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi. Ada dua jenis adverbia, yaitu :
1. adverbia intra klausal yang
berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numerelia, atau adverbia lain.
Contoh : Alangkah, rada-rada, saling
2. adverbia ekstraklausal, yang
secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan secara
sintaksis mengungkapkan prihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan.
Contoh : barangkali, bukan, justru,
memang, mungkin.
7. Kata Tugas
7.1 Batasan dan Ciri Kata tugas
Kata tugas
hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu
kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh
kaitannya dengan kata lain dalam frase atau kalimat.
Ciri dari
kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasr untuk
membentuk kata lain. Jika verba “datang” kita dapat menurunkan kata lain
seperti mendatangi, mendatangkan, dan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti “menyebabkan”
dan “menyampaikan” tidak diturunkan dari kata tugas “sebab” dan “sampai”
tetapi dari nomina “sebab” dan verba “sampai” yang bentuknya sama tetapi
kategori berbeda. Dan kelas kata tugas merupakan merupakan kelas kata tertutup.
7.2
Klasifikasi Kata Tugas
7.2.1 Preposisi
Ditinjau
dari perilaku semantisnya, preposisi juga disebut kata depan menandai berbagai
hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen
di belakangnya. Ditinjau dari prilaku sintaksisnya, preposisi berada didepan
nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frase preposisional.
Ditinjau dari segi bentuknya, yaitu preposisi tunggal dan mejemuk.
Contoh :
akan, bersama, menurut, bagaikan, dari pada, karena, sebab, oleh, tentang,
mengenai.
7.2.2 Konjungtor
Dinamakan
juga kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang
sederajat : kata dengan kata, prase dengan prase, atau klausa dengan klausa.
Konjungtor dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. Konjungtor Koordinatif yaitu
konjungtor yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau
memiliki status yang sama. Contoh : dan, serta, atau;
2. Konjungtor
Korelatif yaitu konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua
kata, frase, atau klausa yang memiliki status sintaksis sama. Konjungtor
korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata , frase, atau
klausa yang dihubungkan. Contoh : Baik ...maupun, tidak... tetapi;
3. Konjungtor Subordinatif yaitu
konjungtor subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau
lebih, dan klausa itu merupakan anak kalimat. Dilihat dari perilaku sintaksis
semantisnya, konjungtor ini dibagi menjadi tiga belas kelompok, yaitu :
a. Konjungtor subordinatif waktu,
misalnya : sejak, semenjak, sedari, sewaktu;
b. Konjungtor subordinatif Syarat,
misalnya : jika, kalau, jikalau, bila;
c. Konjungtor subordinatif
pengandaiaan, contohnya : andaikan, umpamanya;
d. Konjungtor subordinatif konsesif,
misalnya : biarpun, sekalipun;
e. Konjungtor subordinatif
pembandingan, contohnya : seakan-akan, seperti;
f. Konjungtor subordinatif sebab,
misalnya : sebab, karena, oleh sebab;
g. Konjungtor subordinatif hasil,
misalnya : sehingga, sampai;
h. Konjungtor subordinatif alat,
misalnya : dengan, tanpa;
i. Konjungtor subordinatif cara,
misalnya : dengan, tanpa;
j. Konjungtor subordinatif komplementasi,
misalnya : bahwa;
k. Konjungtor subordinatifatribut,
misalnya : yang;
l. Konjungtor subordinatif
perbandingan, misalnya : sama...dengan, lebih....dari
4. Konjungtor antar kalimat yaitu
konjungtor antar kalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Karena
itu, konjungtor macam ini selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf
pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Contoh : Biarpun begitu, akan
tetapi
7.2.3
Interjeksi
Interjeksi
atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Secara
stuktural, interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut
bentuknya, interjeksi ada yang berupa bentuk
dasar dan ada yang berupa bentuk turunan. Berikut janis interjeksi dapat
dikelompokan menurut perasaan yang diungkapkannya, sebagai berikut :
1. Interjeksi kejijikan : bah, cih,
cis, ih, idih;
2. Interjeksi kekesalan : brengsek,
sialan, buset, keparat;
3. Interjeksi kekaguman atau
kepuasan : aduhai, amboi, asyik;
4. Interjeksi kesyukuran : syukur,
alhamdulillah;
5. Interjeksi harapan : insya allah;
6. Interjeksi keheranan : aduh, aih,
ai, lo, duilah, eh, oh, ah;
7. Interjeksi kekagetan : astaga,
astagfirullah, masyaallah;
8. Interjeksi ajakan : ayo, mari;
9. Interjeksi panggilan : hai, be,
eh, halo;
10. Interjeksi simpulan : nah.
7.2.4
Artikula
Artikula
adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam Bahasa Indonesia ada
kelompok artikula, yaitu : artikula yang bersifat gelar, yang mengacu makna
kelompok, dan yang menominalkan.
a. Artikula
Yang Bersifat Gelar
Artikukla
yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang yang dianggap
bermartabat. Berikut ini jenis-jenis artikula yang bersifat gelar : sang, sri,
hang, dang;
b. Artikula
Yang Mengacu Ke Makna Kelompok
Atikula yang
mengacu ke makna kelompok atau makna korelatif adalah para. Karena
artikula ini mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak
dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru
sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah “para guru” dan bukan “para
guru-guru”;
c. Artikula Yang
Menominalkan
Artikula
“si” yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, bergantung
pada konteks kalimat.
7.2.5 Partikel Penegas
Kategori
partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan
hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel
penegas yaitu: -lah, -kah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama berupa klitika
sedangkan yang keempat tidak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
pembagian kelas kata terdapat beberapa pendapat para ahli yang menghasilkan perbedaan dalam penggolongannya. Hal ini karena adanya
perbedaan sudut pandang dalam menentukan pengelompokan tersebut ada yang
berdasar pada bentuk, fungsi dan arti. Namun pada
hakikatnya sama perbedaan tersebut hanya pada sudut pandang dalm pengelompokan
oleh pakar bahasa.
3.2 Saran
Dengan begitu banyaknya pembagian jenis dan kelas kata maka kita dituntut
untuk lebih jeli dan cermat dalam mengklasifikasikannya agar tidak terjadi
saling tukar. Pengetahuan tentang jenis dan kelas kata ini amat lah penting
khususnya bagi kita yang akan menjadi pengajar bahasa Indonesia sebagai modal
dan ketrampilan pokok.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi, Hasan,
Soenjono, Dardjowidjojo, dkk. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Saleh, Yuslizal, Lamsari, dkk. 1984. Struktur Bahasa Rawas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Hajar, Ibnu.
Ikhtisar Bahasa dan Sastra Indonesia
Nurhadi.2003. Tata Bahasa
Pendidikan. Semarang: IKIP Press
Putrayasa,
Ida Bagus. 2008. Analisis Kalimat. Retika Aditama